Anak jalanan, sering kita dengar dalam kehidupan yang
sangat menyedihkan ini. Kehidupan anak jalanan biasanya paling identik dengan
jalanan. Tetapi, sekarang ini di jalan-jalan raya, terminal, stasiun, bahkan
tempat-tempat wisata, tempat-tempat ibadah selalu kita lihat mereka disana.
Mereka mengamen, meminta-minta, bahkan mencopet dompet-dompet orang yang bukan
hak milik mereka. Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah
istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di
jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.
Pada hari minggu pagi tanggal 24
November 2013, Saya bersiap pergi ke kampus untuk berkumpul terlebih dahulu
untuk pergi ke sekolah sosial karna tidak semua tahu letak tempat sekolah
tersebut walaupun saya tahu karna telah ikut survei minggu sebelumnya, saya
juga ikut berkumpul.
Tidak lama setelah saya berkumpul di kampus, lalu saya
berangkat menggunakan sepeda motor menuju “sekolah” yang sederhana tetapi
dihuni anak-anak imut, lucu dan memiliki keinginan kuat untuk belajar. Sebut
saja sekolah itu dengan “De’ Champ Social School”, sebuah bangunan
yang terletak
di antara gedung-gedung yang mencakar langit, tetapi dari tempat yang sederhana
itu lah terlihat keceriaan yang tak ternilai.
Sesampainya di sekolah itu, kami disambut oleh anak muda
atau karang taruna dari daerah setempat yang memang mendukung acara-acara social
atau kegiatan sekolah sosial tersebut dan di sana
pun ada mahasiswa dari kampus lain yang sedang survey juga untuk melakukan
kegiatan seperti kami.
Sebelum pak dosen datang saya dan teman-teman memberikan
sedikit beberapa games yang cukup menghibur sekaligus meendidik kepada
anak-anak sekolah itu, mulai dari menebak soal hitungan, pertanyaan logika
sampai seni melipat kertas (origami). Seperti memberikan hadiah kepada
siapa yang bisa menjawab pertanyaan kami dari mulai soal hitung-hitungan sampai
tebak-tebakan. Pada saat memberikan pengajaran origami tidak sedikit siswa
disana yang sudah mahir seni melipat kertas, mungkin karna sudah banyak atau
seringnya mahasiswa yang memberikan pengajaran ini sehingga membuat anak-anak
itu hafal. Walaupun ruangan kecil yang hanya memakai 1 exhaust dan 1 kipas
angin tidak menyurutkan semangat dari anak-anak dan kami untuk member pengajaran.
Tidak berapa lama dosen kami pun
datang, lalu segera lah pak dosen memberi sambutan kepada ketua yayasan dan
anak-anak yang belajar di “sekolah” itu. Para murid pun memperhatikan apa saja
yang disampaikan oleh dosen.
Setelah sambutan selesai saya dan teman-teman
memberikan lagi sedikit
ilmu yang kami miliki, mulai dari belajar menghitung, menulis, membaca sampai
membuat sebuah kerajinan tangan. Anak-anak sangat antusias dengan semua ilmu
yang kami berikan, sehingga kami sangat bersemangat dalam memberikan ilmu yang
kami miliki. Walaupun mereka sering disebut anak jalanan, mereka memiliki sikap
dan perilaku yang baik dan santun. Untuk spesifikasi lebih detail tentang anak
jalanan, kita harus lihat apa yang membuat mereka hidup di jalanan. Seperti ada
yang di karenakan dari segi ekonomi, dari segi keluarga, dan ada juga karena
memang dia lebih nyaman untuk hidup di jalanan meski dia mampu untuk tinggal di
dalam rumah.
Memang untuk saat ini pengertian
kita tentang anak jalanan, pasti sudah yang macam-macam. Seperti menganggap
mereka pencopet, maling, atau anak yang tidak tau aturan. Tetapi kembali ke
sebelumnya, kita harus tau apa latar belakang mereka.
Jadi, inti dari
permasalahan yang di peroleh adalah, apakah semua anak jalanan itu bisa di
golongkan dengan kaum premanisme?
Jawabannya adalah tidak.
Karena banyak diantara anak jalanan yang ada menjalankan hidupnya demi untuk
menafkahkan keluarganya lagi, dan juga mereka tidak melakukan hal-hal negative
yang di pandang masyarakat selama ini.
Setelah
selesai memberi pelajaran kami pun berfoto untuk kenang-kenangan dan memberikan
sedikit rezeki berupa peralatan sekolah dan snack atau makanan ringan untuk
mereka bawa pulang, maka selesailah kunjungan kami ke sekolah social kemarin
sekian.
0 komentar:
Posting Komentar